Showing posts with label Materi Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Show all posts
Showing posts with label Materi Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Show all posts

Monday, March 16, 2020

KONSEP DASAR PENYAKIT TIDAK MENULAR


Beberapa Pengertian Dasar 
Penyakti tidak menular disebut sebagai Penyakit Kronik karena bersifat kronik atau menahun/alias berlangsung lama, tapi ada juga yg kelangsungannya mendadak (misalnya saja keracunan), sementara yang berlangsung lama misalnya penyakit kangker, Hipertensi, DM dll.
Penyakit Tidak Menular  disebut jugas sebagai Penyakit Non Infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.
Penyakit Tidak Menular  disebut juga sebagai New Communicable Diseases karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual misalnya kanker servikPenyakit tidak menular adalah Penyakit degeneratif  karena berhubungan dengan proses degenerasi (ketuaan)
Pengertian-pengertian dasar ini harus difahami dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya FAKTOR RESIKO sebagai faktor penyebab.

 KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN DURASI DAN ETIOLOGI
        AKUT
     KRONIK
Infeksi
      Pnemonia
       Tifus
      Tuberkulosis
      Lepra
Non infeksi
       Keracunan
      Kecelakaan
       Hipertensi
       PJK, DM, degeneratif lainnya

Latar Belakang Perubahan Pola Penyakit
1.   Pola penyakit ini berubah dikarenakan adanya perubahan sturktur masyarakat. Masyarakat yang dahulu bercocok tanam (Agraris), berubah menjadi Industri  
2.   Perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak-anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan program Keluargan Berencana (KB)
3.   Keberhasilan Perbaikan sanitasi lingkungan untuk mencegah penyakit menular
4.   Peningkatan tenaga kerja wanita karena emansipasi
5.   Peningktan pelayanan kesehatan dalam memberantas penyakit infeksi dan meningkatkan life expectansi (umur harapan hidup) dari 54,4 pada tahun 1980 (SP 1980) menjadi 69,8 pada tahun 2012 (BPS 2013).


Kondisi riil saat ini  :
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti HIV/AIDS, Avian Influenza (Flu Burung), Flu Babi dan Corona. Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat.
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi nasional jika tidak dikendalikan secara tepat, benar dan kontinyu.
Penyakit Tidak Menular perlu di pelajari lebih lanjut karena menyebar luas secara globa dan merupakan penyebab utama kematian
Data dunia menunjukan 80% kematian akibat penyakit kardiovaksuler (PKV), DM dan penyakit paru obstruksi kronik terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menegah. 29% kematian terjadi pada kelompok usia di bawah 60 tahun.
Berbagai penelitian menunjukan dari 10 penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah penyakit jantung dan stroke. Keadaan ini terjadi di seluruh dunia, baik negara maju, maupun di negara dengan ekonomi rendah /menengah. Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah mendorong lahirnya berbagai inisiatif di tingkat global dan regional. Pertemuan tahunan World Health Organization (WHO) - World Health Assembly (WHA) pada tahun 2000 telah melahirkan kesepakatan tentang Strategi Global dalam penanggulangan penyakit tidak menular, khususnya di negara berkembang. Strategi ini bersandar pada 3 pilar utama yaitu surveilans, pencegahan primer, dan penguatan sistem layanan kesehatan
Penyakit tidak menular secara global telah mendapat perhatian serius dengan masuknya penyakit tidak menular sebagai salah satu target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 khususnya pada Goal 3: Ensure healthy lives and well-being. SDGs 2030 telah disepakati secara formal oleh 193 pemimpin negara pada UN Summit yang diselenggarakan di New York pada 25-27 September 2015. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di banyak negara bahwa meningkatnya usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup juga diiringi dengan meningkatnya prevalensi obesitas, kanker, penyakit jantung, diabetes, gangguan indera dan fungsional, serta penyakit kronis lainnya. Penanganan penyakit tidak menular memerlukan waktu yang lama dan teknologi yang mahal, dengan demikian penyakit tidak menular memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya. 
Publikasi World Economic Forum April 2015 menunjukkan bahwa potensi kerugian akibat penyakit tidak menular di Indonesia pada periode 2012-2030 diprediksi mencapai US$ 4,47 triliun, atau 5,1 kali GDP 2012.
Masuknya penyakit tidak menular ke dalam SDGs 2030 mengisyaratkan penyakit tidak menular harus menjadi prioritas nasional yang memerlukan penanganan secara lintas sektor. 
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007 menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi bayi dengan BBLR  (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya stunting pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). 
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular, sejalan dengan pendekatan WHO terhadap penyakit  penyakit tidak menular Utama yang terkait dengan faktor risiko bersama (Common Risk Factors). Di tingkat komunitas telah diinisiasi pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) penyakit tidak menular dimana dilakukan deteksi dini faktor risiko, penyuluhan dan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pada tingkat pelayanan kesehatan juga telah dilakukan penguatan dari puskesmas selaku kontak pertama masyarakat ke sistem kesehatan. Disadari bahwa pada saat ini sistem rujukan belum tertata dengan baik dan akan terus disempurnakan sejalan dengan penyempurnaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk implementasi dari Universal Health Coverage (UHC) dan diterapkan sejak 1 Januari 2014. Namun demikian hal diatas belum cukup karena keterlibatan multi-sektor masih terbatas. Dikenali bahwa penyakit tidak menular amat terkait kepada Social Determinants for Health, khususnya dalam faktor risiko terkait perilaku dan lingkungan.


Peran dan Tujuan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
EPTM secara garis besar berperan dalam mengumpulkan, menganalisis, mengolah dan menyampaikan informasi penyakit tidak menular secara spesifik (meliputi informasi medis, ekonomis, distribusi, dan faktor risiko).
Dalam kajian penyakit tidak menular, seorang epidemiologis dapat :
1.   Menilai beban penyakit tidak menular (burden chronic disease) sepanjang hidup seseorang;
2.   Menginformasikan kebijakan dan program berbasis bukti (evidence-based programmatic) dalam rangka pencegahan dan pengontrol penyakit tidak menular; dan
3.   Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengkajian isu-isu PTM yang berhubungan dengan usia pasien, disparitas pelayanan kesehatan, determinan sosial penyakit, dan ketidakadilan pelayanan kesehatan.

Dalam kaitannya dengan PTM, studi epidemiologi memberi manfaat bagi kajian PTM, antara lain:
a.    Memberikan prinsip dasar dalam pengontrolan PTM
b.   Merupakan alat dalam menentukan penyebab PTM;
c.    Memungkinkan praktisi kesehatan menentukan prioritas PTM dan faktor risiko berdasarkan orang, tempat, dan waktu; dan
d.   Menghasilkan metode untuk mengevaluasi program dan kebijakan kesehatan bagi komunitas atau klinis.

Tantangan  pengembangan program pengendalian PTM :
1.   PTM dipandang sebagai bukan kejadian “krisis nasional”,  krn hasil program pencegahan diperoleh jangka panjang
2.   Masyarakat lebih suka menghindari risiko yang tidak disadari seperti menghindari paparan bahan kimia, dibandingkan menghindari risiko yang disadari seperti merokok, meskipun disadari memberi andil yang besar terhadap beban penyakit kronis.
3.   Banyak komunitas masyarakat yang tidak dapat mengakses dan mengetahui data tentang PTM dan faktor risikonya, yang berguna sebagai pedoman dalam menentukan tujuan dan evaluasi program kesehatan
4.   Sumberdaya yang dialokasikan (seperti pendanaan) tidak cukup untuk menunjang program pengendalian PTM
5.   Banyak komunitas masyarakat yang tidak dapat mengakses dan mengetahui data tentang PTM dan faktor risikonya, yang berguna sebagai pedoman dalam menentukan tujuan dan evaluasi program kesehatan
6.   Sumberdaya yang dialokasikan (seperti pendanaan) tidak cukup untuk menunjang program pengendalian PTM
7.  Dalam RAN PP-PTM (Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak) disebutkan bahwa Indonesi berkomitmen untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas PTM melalui intensifaksi pencegahan dan pengendalian PTM, melalui indikator-indikator yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu :
a)  Menurunkan prevalensi tekanan darah tinggi pada usia 18 tahun keatas menjadi 23,4%
b) Mempertahankan proporsi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas tetap pada angka 15,4
c)  Menurunkan prevalensi merokok penduduk usia ≤ 18 tahunmenjadi 5,4%.

Tantangan pencapaian Indikator  RPJM
      Belum optimalnya dukungan politis terhadap program PP-PTM yang ditandai dengan komitmen masih belum optimal di tingkat pusat dan daerah, kerjasama lintas program dan lintas sektor yang belum optimal serta belum terimplementasinya Healtih in All policies (HiAP) dengan baik
      Perilaku masyarakat yang beresiko terjadinya PTM masih memprihatinkan, diindikasikan dengan masih tingginya proporsi penduduk yang:
ü Mengkonsumsi garam, gula, lemak yang berlebih serta kurang mengkonsumsi sayur dan buah.
ü Kurang aktifitas fisik
ü Mengkonsumsi produk tembakau
ü Mengkonsumsi alkohol secara berbahaya
ü Kapasitas pelayanan kesehatan untuk PTM belum optimal yang menyebabkan masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan PTM yang berkualitas
ü Msaih kurang ketersediaan data untuk manajemen program yang bermutu sebagai akibat dari masih lemahnya sistem survailans PTM dan faktor resikonya
Strategi PP-PTM
Straregi PP-PTM nasional bersandar pada 4 pilar utama yaitu :
1) Advokasi dan kemitraan
2) Promosi kesehatan dan penurunan faktor resiko
3) Penguatan sistem pelayanan kesehatan
4) Survailan, monitoring,  evaluasi dan riset



REFRENSI

Koes Irianto, 2014 Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Jakarta; Alvabeta

MN Bustan, 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta; Rineka Cipta

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No 5 Tahun 2017. Tentang Rencana Aksi Penanggulangan Penyakit Tidak Menular tahun 2015-2019.pdf

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No 71 Tahun 2015. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.pdf


Monday, August 5, 2019

SOAL UAS PTM


  1. Sebutkan dan jelaskan macam macam permasalahan kesehatan yang sering dialami oleh Lansia.
  2. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia.  Tentunya seseorang untuk menjadi stroke, banyak sekali faktor penyebabnya. Sebutkan dan jelaskan faktor penyebab terjadinya stroke.
  3. Jelaskan dengan kata-kata sendiri, langkah apa saja yang dapat anda lakukan sebagai tenaga kesmas dalam menangani masalah Penyakit stroke, terutama terkait dengan faktor resiko yang sudah anda sebutkan pada soal sebelumnya.
  4. Apa yang anda ketahui tentang Tumor dan Kanker? Jelaskan, sertakan juga tahapan pengobatannya ! 
  5. Bagaimana dengan permasalahan kanker payudara, serviks dan prostat? Jelaskan !
  6. Apa pendapat Anda tentang Penyakit DM yang katanya berbahaya dan sukar  diobati? Jelaskan!